Asal usul desa dukuhwaru
22 oktober 2018
Suwanda Menggugat
Desa mawa cara, negara mawa tata. Demikian pitutur tradisional Jawa yang dapat diterjemahkan sebagai desa memiliki adat istiadat sendiri, negara memiliki tata aturan sendiri. Selain adat istiadat, sudah barang tentu, sebagai satu kesatuan geografis, ekonomis, dan politis: masing-masing daerah (desa) memiliki asal-usul, ciri, dan potensi yang terkemas berbeda-beda macamnya.
Berbicara asal-usul sebuah desa yang berkaitan dengan historisitasnya, nama Raden Bagus Suwanda memang tidak seterangfounding father Kadipaten Tegal seperti Ki Gede Sebayu, atau para elit lain semisal Raden Mas Honggowono dan Pangeran Purbaya.
Namun, bagi Desa Dukuhwaru Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, nama Raden Bagus Suwanda terasa begitu melekat di hati masyarakatnya. Selain diabadikan sebagai nama jalan utama setelah Hayam Wuruk, nama Suwanda kerap kali dipergunakan masyarakat Dukuhwaru sebagai nama organisasi kemasyarakatan. Sebut saja Karangtaruna Suwanda, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Suwanda Karya, dan tentunya Persatuan Sepakbola (PS) Suwanda Putra.
Pitutur lain mengatakan: tak kenal maka tak sayang. Tetapi sayangnya, kelekatan Raden Bagus Suwanda (atau sering disebut Mbah Suwanda) sebagai sesepuh yang ditokohkan di Dukuhwaru, tidak seberuntung keterkenalannya. Sampai saat ini, jejak rekam Mbah Suwanda masih gelap gulita ─bagi masyarakat Dukuhwaru sendiri terutama.
Raden Bagus Suwanda, Leluhur Dukuhwaru?
Bocah-bocah Dukuhwaru, biasanya mengenal Mbah Suwanda dari cerita turun temurun orang-orang tua yang sepuh. Cerita dari mulut ke mulut, meskipun sebagai landasan faktual kadar historisitasnya bisa dikatakan rendah, cerita Mbah Suwanda yang konon mahir bermain bola dengan api, terlanjur menjadi mitos tersendiri.
Pertanyaan siapakah sebenarnya Raden Bagus Suwanda? Dari mana asalnya? Seperti apa perannya? Hidup di tahun berapa? Dan benarkah Beliau adalah leluhur komunitas yang sekarang bernama Desa Dukuhwaru? Sampai saat ini belum terjawab.
Penulis, hanya menemukan literatur singkat tentang tokoh ini dalam buku Tegal Sepanjang Sejarah (1984) terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Dati II Tegal yang ditulis oleh Soemarno, BA Dkk. Menurut Soemarno, BA Dkk: Raden Bagus Suwanda adalah seorang Prajurit Cirebon, putra dari Ki Ageng Kulur yang menurut cerita rakyat masih berkaitan dengan bangsawan Cirebon (Jawa Barat).
Mengingat petilasan Mbah Suwanda yang juga kebetulan berada di Dusun Cerbon (dari kata Cirebon), di ujung selatan Dukuhwaru, agaknya, pendapat Soemarno, BA Dkk itu bisa dijadikan pisau analisa untuk mencari jawaban siapa sebenarnya Raden Bagus Suwanda.
Spirit Prajurit Suwanda
Lebih baik pulang nama, dari pada lari meninggalkan medan laga. Itulah spirit prajurit. Setiap prajurit, mengenal yang namanya jiwa korsa. Dalam dunia militer, istilah jiwa korsa pertama kali dikenalkan oleh Jenderal Napoleon Bonaparte dengan sebutanL’espirit de corps. Jiwa korsa dalam pandangan Napoleon berarti semangat keakraban, perasaan kesatuan, serta kecintaan terhadap organisasi dan perhimpunan.
Berpijak pada pandangan Soemarno, BA Dkk, terlepas dari peran Suwanda di Dukuhwaru, sepertinya semangat keprajuritan Suwanda masih bisa terasa sampai sekarang. Hal ini, dapat kita amini pada betapa guyubnya Gapoktan Suwanda Karya sebagai ‘jiwa korsanya’ para petani Dukuhwaru.
Seribu sayang, keprajuritan Gapoktan tidak diikuti penyandang nama Suwanda lainnya: Karangtaruna Suwanda dan PS. Suwanda Putra. Keduanya, yang justru umumnya dinahkodai orang-orang yang lebih muda, telihat tengah pingsan di medan laga.
Karangtaruna seperti mandeg pandito ratu,atau bahkan bisa jadi dipaksakan mandeg, karena barangkali hanya dijadikan sebagai lahan basah, dimanfaatkan secara politis oleh oknum-oknum bengis untuk mengakali dana yang disediakan oleh pemerintah saja. Sedangkan PS. Suwanda Putra, seperti dalam nasib pepatah hidup segan mati tak mau.
nyong asli dukuhwaru,tepate kebajangan,seharusnya sejarah desa dukuhwaru di gali pemerintah desa atau pusat agar sebuah desa yang penuh dengan masyarakatnya tidak kehilangan identitas dan karakternya,karena perkembangan jaman sekarang membuat orang lupa akan jati diri mereka,,,saya dukung blog ini supaya terus maju dalam memgali dan menguak sejarah2 dukuhwaru dan sekitarnya
BalasHapus